Keadaan
dimana seseorang merasa kecewa dan
mengecewakan adalah suatu hal yang niscaya
dalam hidup. Suatu keadaan dimana setiap orang pernah merasakannya.
Apapun konteksnya baik, orang tua-anak, atasan-bawahan, antara kerabat satu dan
lainnya, antara teman, suami-isteri, bahkan antara pribadi satu dan lainnya
yang tidak mengenal sama sekali.
Antara
manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, kepentingan yang mungkin saling
bersilangan, pribadi yang mempunyai pandangan dan penyikapan yang berbeda. Hal
ini menyebabkan rasa “Kecewa atau rasa mengecewakan” muncul.
Manakah
keadaan yang lebih baik “Mengecewakan
atau Kecewa”? Pastinya keduanya
sama-sama dalam posisi yang tidak nyaman.
Mengecewakan,
walaupun pada dasarnya pihak yang mengecewakan tidak berada dalam posisi yang
dirugikan namun hati nurani manusia tidak dapat berbohong, ia sebenarnya tidak
ingin melihat orang lain dalam posisi yang dirugikan, bersedih, terluka, dan
tidak nyaman yang disebabkan olehnya.
Sedangkan
dalam posisi kecewa biasanya kita memandang diri dalam posisi di bawah. Sebagai
orang yang bersedih, terluka, bahkan mungkin putus asa. Rasa-rasa yang
manusiawi muncul dalam keterbatasan hati manusia.
Namun
posisi dibawah ataupun diatas adalah penilaian yang dibuat oleh manusia
sendiri, karena Tuhan tidak membedakan manusia dari posisi diatas ataupun
dibawah. Tuhan mencintai semua makhluknya dan keadaan yang Ia sertakan padanya.
Persinggungan
kecewa dan mengecewakan sebenarnya bukan
hal yang aneh, menghancurkan, atau menghinakan. Karena belajar menerima,
memahami, dan kembali memperbaiki kondisi hati membuat kita menjadi semakin
tegar, kuat, dan dapat menyikapi dengan lebih baik.
Hati
dan fikiran adalah motor pada raga kita,
yang menggerakan, menstabilkan, dan mendorong aktivitas. Kita yang
menggerakkan motor kita masing-masing, jadi jangan biarkan sang motor ngadat
berlama-lama, larut dalam gelisah dan sedih.
Dalam
surat cintanya Allah berfirman :
Wamayyatakillaha
yaj’allahu makhroja wayarzuqhu min haitsu
la yakhtasib. Wamayyatawakala a’lallahi fa hua hasbuh. Innallaha baligul amri
qod ja’alallohu likulli syaiin qodro.
Barang
siapa bertakwa kepada Allah niscaya Ia akan memberikan jalan keluar baginya dan
Ia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh Allah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu. (At-thalaq 2-3).
Juga
pada QS An- Nashr…yang menyatakan bahwa Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Seandainya
memang benar kita mengalami kekecewaan, maka kita harus bersabar dan
menyikapinya sebaik mungkin. Karena sesuatu yang terbaik telah dipersiapkan
Allah untuk kita, dan juga mungkin lebih baik, cocok dan sesuai dari harapan
kita yang kecewa sebelumnya.
Allah
Maha tau sedangkan kita tidak. Allah maha benar dan menepati janji. Allah maha
penghitung dan sebaik-baiknya penghisab. So….ga ada alasan lagi kan buat
berlama-lama bête..^^
SemangggKaa….J!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar