Bahagia
Sederhana
Bahagia
sederhana, benarkan bahagia itu sederhana? Ya, sesederhana ketika seseorang
menawarkan kopi untuk anda.."Ingin meminum segelas kopi?". Jika anda
ingin, anda tinggal mengatakan ya dan bila anda tidak ingin, anda bisa
mengatakan tidak. Begitu juga dengan bahagia...bila kita ingin bahagia, kita
tinggal mempersilahkannya masuk dalam hati kita.
Dalam
kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan banyak orang terkadang diri
kita begitu responsif, mudah tersinggung, banyak fikiran, mengalami sesuatu
yang diharapkan ataupun sebaliknya. Ukuran kebahagian bagi setiap orang pun
relatif berbeda. Ada yang merasa harus mencapai A baru bisa bahagia...ada yang
merasa bagaia adalah B dan orang yang lain mengatakan bahwa bahagia adalah C.
Ternyata bahagia itu luas..luas sekali...seluas persepsi segenap makhluk di
muka bumi ini.
Kalau
menurut saya bahagia itu keindahan, kenyamanan, kepuasan, kesuksesan,
penerimaan, kebaikan, dan keadaan-keadaan lainnya yang mungkin terus mengalami
pengembangan yang tidak terfikirkan oleh saya saat ini. Ya, setiap orang
mempunyai ketidak terbatasan penilaian pada kebahagiaan, namun yang ironi
terjadi justru dengan ketidak terbatasan penilaian pada kebahagiaan membuat
terkadang nilai kebahagian menjadi berkurang atau tidak sepenuhnya
bahagia.
Untuk
menjadi bahagia justru manusia harus membatasi hatinya..membatasi hati dengan
rasa syukur..membatasi hati dengan perasaan cukup..rasa berlebih atas semua
nikmat Tuhan. Dalam surat Ar-Rahman...Dan nikmat Tuhan Mu yang manakah yang
Engkau dustakan?
Begitu
banyak nikmat Tuhan untuk kita, Kadang kalau saya sedang sedih atau sedang
dilanda kesulitan untuk mengobatinya saya senang berjalan-jalan sore di dekat
area tempat tinggal saya, tepatnya di sebuah komplek elit yang merupakan arena
masyarakat berolah raga dan berjalan santai bersama keluarga. Saya pandang
pandangi lampu taman yang ada disana, Pohon-pohon rimbun tempat burung-burung
bermain, anak-anak kecil yang sedang bermain sepeda, anak-anak bayi yang sedang
diajak jalan-jalan oleh pengasuhnya. Ceria dan damai menurut saya.
Kemudian saya pandangi langit, begitu kokoh dan biru memayungi alam, cantik
sekali. Saya berfikir, dunia yang besar ini begitu besar, indah, dan kompleks.
Sangat menakjubkan. Saya kembali pada diri saya dan masalah-masalah yang
bergulung pada fikiran saya, bagaimana mungkin hati saya begitu sakit?
bagaimana mungkin saya begitu khawatir?Padahal penciptaan Tuhan begitu
sempurna, detil, dan pastinya selalu tepat. Sesungguhnya saya hanya perlu
bersyukur, bersyukur bahwa saya sudah tercipta sedemikian rupa dengan semua
yang menurut saya menjadi masalah padahal sebenarnya bukanlah masalah.
Ternyata,
bahagia perlu dihadirkan, perlu dipanggil, di konfirmasi, diajak ikut serta
dalam hati dan kegiatan kita, dengan penuh kesyukuran terhadap Tuhan. Sedih,
kecewa, marah, dan cemas memang naluriah alami manusia. Lihatlah anak bayi yang
menangis karena merasa dirinya sudah pipis di celana, atau anak kecil yang
menangis karena mengantuk...hari ini menagis besok sudah lupa apa isi
tangisannya...tapi bisa jadi menangis lagi untuk hal yang sama pada waktu yang
berbeda. Artinya, kita bisa belajar dari anak kecil dalam memaknai hidup. Sedih
ya biarkan saja menjadi sedih..namun tidak untuk dipelihara bedanya anak kecil
mempunyai pemahaman yang masih terbatas sehingga mengulangi kesalahan yang
dilakukannya hari ini tapi kita sebagai orang dewasa bisa menghindari
kesalahan-kesalahan kita dimasa lalu karena telah memiliki ilmu atau setidaknya
telah belajar memahami hidup lebih dari anak kecil.
Kalau
begitu, yuk mari kita memutuskan untuk bahagia dalam hidup
kita...hari..besok..dan seterusnya... :)