Jumat, 22 Februari 2013

Bahagia Sederhana

Bahagia Sederhana

Bahagia sederhana, benarkan bahagia itu sederhana? Ya, sesederhana ketika seseorang menawarkan kopi untuk anda.."Ingin meminum segelas kopi?". Jika anda ingin, anda tinggal mengatakan ya dan bila anda tidak ingin, anda bisa mengatakan tidak. Begitu juga dengan bahagia...bila kita ingin bahagia, kita tinggal mempersilahkannya masuk dalam hati kita.

Dalam kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan banyak orang terkadang diri kita begitu responsif, mudah tersinggung, banyak fikiran, mengalami sesuatu yang diharapkan ataupun sebaliknya. Ukuran kebahagian bagi setiap orang pun relatif berbeda. Ada yang merasa harus mencapai A baru bisa bahagia...ada yang merasa bagaia adalah B dan orang yang lain mengatakan bahwa bahagia adalah C. Ternyata bahagia itu luas..luas sekali...seluas persepsi segenap makhluk di muka bumi ini.

Kalau menurut saya bahagia itu keindahan, kenyamanan, kepuasan, kesuksesan, penerimaan, kebaikan, dan keadaan-keadaan lainnya yang mungkin terus mengalami pengembangan yang tidak terfikirkan oleh saya saat ini. Ya, setiap orang mempunyai ketidak terbatasan penilaian pada kebahagiaan, namun yang ironi terjadi justru dengan ketidak terbatasan penilaian pada kebahagiaan membuat terkadang nilai kebahagian menjadi berkurang atau tidak sepenuhnya bahagia. 

Untuk menjadi bahagia justru manusia harus membatasi hatinya..membatasi hati dengan rasa syukur..membatasi hati dengan perasaan cukup..rasa berlebih atas semua nikmat Tuhan. Dalam surat Ar-Rahman...Dan nikmat Tuhan Mu yang manakah yang Engkau dustakan?

Begitu banyak nikmat Tuhan untuk kita, Kadang kalau saya sedang sedih atau sedang dilanda kesulitan untuk mengobatinya saya senang berjalan-jalan sore di dekat area tempat tinggal saya, tepatnya di sebuah komplek elit yang merupakan arena masyarakat berolah raga dan berjalan santai bersama keluarga. Saya pandang pandangi lampu taman yang ada disana, Pohon-pohon rimbun tempat burung-burung bermain, anak-anak kecil yang sedang bermain sepeda, anak-anak bayi yang sedang diajak jalan-jalan oleh pengasuhnya. Ceria  dan damai menurut saya. Kemudian saya pandangi langit, begitu kokoh dan biru memayungi alam, cantik sekali. Saya berfikir, dunia yang besar ini begitu besar, indah, dan kompleks. Sangat menakjubkan. Saya kembali pada diri saya dan masalah-masalah yang bergulung pada fikiran saya, bagaimana mungkin hati saya begitu sakit? bagaimana mungkin saya begitu khawatir?Padahal penciptaan Tuhan begitu sempurna, detil, dan pastinya selalu tepat. Sesungguhnya saya hanya perlu bersyukur, bersyukur bahwa saya sudah tercipta sedemikian rupa dengan semua yang menurut saya menjadi masalah padahal sebenarnya bukanlah masalah.

Ternyata, bahagia perlu dihadirkan, perlu dipanggil, di konfirmasi, diajak ikut serta dalam hati dan kegiatan kita, dengan penuh kesyukuran terhadap Tuhan. Sedih, kecewa, marah, dan cemas memang naluriah alami manusia. Lihatlah anak bayi yang menangis karena merasa dirinya sudah pipis di celana, atau anak kecil yang menangis karena mengantuk...hari ini menagis besok sudah lupa apa isi tangisannya...tapi bisa jadi menangis lagi untuk hal yang sama pada waktu yang berbeda. Artinya, kita bisa belajar dari anak kecil dalam memaknai hidup. Sedih ya biarkan saja menjadi sedih..namun tidak untuk dipelihara bedanya anak kecil mempunyai pemahaman yang masih terbatas sehingga mengulangi kesalahan yang dilakukannya hari ini tapi kita sebagai orang dewasa bisa menghindari kesalahan-kesalahan kita dimasa lalu karena telah memiliki ilmu atau setidaknya telah belajar memahami hidup lebih dari anak kecil.

Kalau begitu, yuk mari kita memutuskan untuk bahagia dalam hidup kita...hari..besok..dan seterusnya... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar