Sabtu, 03 November 2012

Ketika Adzan Memanggil



Ketika adzan berkumandang….
Allahu akbar..2x..
Ashadualla ila ha ilallah…2x
Ashaduanna Muhammadarrosulullah…2x
Hayya Ala shollaah…2x
Hayya ala Falaah…2x
Allohuakbar…2x
Laa ila ha ilallah…2x
Saat itu saya sedang bermain sebuah game bernama "Zuma", sejenis arcade game yang sedang saya gila-gilai :) . Posisi bermain game kala itu sedang seru-serunya. Lalu saya berkata dalam hati “Wah, sudah adzan..Sudah masuk waktu sholat dzuhur nih, tapi sebentar dulu deh..5 menit lagi saya akan sholat”. Ternyata game yang membutuhkan konsentrasi itu berlangsung lebih dari 5 menit yaitu sekitar 20 menit'an (dan sebenarnya saya tahu bahwa standar saya dalam memainkan 1 levelnya biasanya tidak bisa selesai dalam jangka waktu 5 menit). Kemudian saya bermain lagi, dan bermain lagi karena ternyata saya penasaran untuk meneruskan game tersebut pada level berikutnya setelah level yang tadi selesai. Selesai pada level itu pun saya kembali meneruskan permainan saya. Pada level ini ternyata saya kurang beruntung, saya kalah dalam permainan… tetapi saya amat penasaran…lagi dan lagi, saya kembali bermain.

Ketika saya sadar, saya di dalam kondisi yang amat lelah setelah bermain (kalah pula!!!....). Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 14.00…saya menjerit dalam hati..."Ya Allah". Tetapi beberapa saat kemudian saya kembali menunda shalat. Saya beristirahat selama 10 menit baru kemudian mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat dzuhur. Saat itu, Saya merasa (amat) telah menyia-nyiakan waktu sholat saya dan saya merasa kesal sekali dengan diri sendiri.

Di lain waktu, saya menjumpai peristiwa yang serupa dengan saya. Hal tersebut terjadi pada seorang kenalan saya. Ia adalah orang yang amat saya hormati karena keahliannya. Ia sangat mencitai pekerjaannya, apapun ia lakukan demi kesempurnaan pekerjaannya namun sangat saya sesali hal tersebut tidak terjadi dalam hal ia melaksanakan sholat. Pada waktu datangnya adzan ia mengabaikannya begitu saja, dan hampir datang adzan pada waktu shalat berikutnya  baru ia terburu-buru mengerjakan sholat. Bahkan kadang kadang ia tidak sholat karena merasa pekerjaannya lebih penting daripada sekedar shalat.

Potret diatas mungkin tidak saja dialami oleh saya dan kenalan saya tersebut tetapi juga dialami dengan banyak orang lainnya yang kurang mengerti pentingnya menjaga sholat atau keutamaan mengerjakan sholat, diawal waktu.

Allah swt berfirman: “Celaka bagi orang-orang yang mendirikan sholat, yang mana mereka mendirikannya secara lalai". ( Qs : Al Maun 3-4).

Sesungguhnya apabila Allah telah memanggil kita dalam seruan adzan  maka sudah seharusnya kita memenuhi panggilan-Nya dengan segera. Bukankah dapat kita bayangkan bila kita memanggil seseorang namun panggilan kita tidak dihiraukan…bagaimana perasaan kita? Bila sebagai sesama manusia kita wajib menghormati satu dengan yang lainnya, lalu bagaimana sikap kita kepada Tuhan? 
Dipanggil oleh seorang gubernur atau presiden saja kita harus bersiap diri untuk menghadap dengan performa terbaik kita apalagi dengan Tuhan yang merupakan Raja dari alam semesta.

Dengan bergemanya kalimat : "Allohuakbar" sebaiknya kita langsung menjawab panggilan Allah dan tidak mendahulukan apapun dari pada-Nya.  Allah tidak memberkahi pekerjaan yang membuat kita lalai dari seruan “Allohu Akbar”, karena kita telah sibuk mencari kenikmatan tetapi lupa pada yang Maha Pemberi nikmat.

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa". (Qs : At-Thaaha 132 )

Jadi apakah yang membuat kita lalai untuk menghadap Tuhan? Apakah rezeki? Ulama dari Mesir Syaikh Mutawalli Al- sya’rawi berkata dalam bukunya, "Tirulah shalat Nabi, jangan asal shalat" : “Jika anda mengalami krisis hidup, segera adukan masalah anda kepada Allah SWT. Demikianpun yang dilakukan Nabi SAW ketika menghadapi masalah yang sulit , maka beliau menghadap Allah SWT dengan cara shalat. Dan apabila anda kehilangan sesuatu dan hidup ini terasa sempit bagimu, maka tidak ada jalan kecuali mengadu kepada Allah SWT. 

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". (QS : At-Thalaq 2-3)


"Peliharalah shalat-shalat-(mu) dan (peliharalah) shalat whustha, dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambiil berjalan atau berkendaraan. Dan apabila kamu telah merasa aman , maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkanmu apa yang belum kamu ketahui". (QS Al Baqoroh 238-239) .

Makna “hafidzu” pada ayat diatas sama dengan memelihara yang artinya sama dengan mengingat, lawan dari lupa dan menyia-nyiakan. Maksud keduanya dapat dipahami. Jadi orang yang menjaga sesuatu kemudian melupakannya, berarti ia telah menyia-nyiakannya atau menghilangkannya. Menjaga artinya menjamin kekalnya sesuatu yang kita miliki dan sekiranya bila Allah memberi nikmat shalat kepada kita maka hendaknya kita harus menjaganya.

Sumber : Ulama  Syaikh Mutawalli Al- sya’rawi  “Tirulah shalat Nabi Jangan Asal Shalat”

Berikut ini adalah kutipan saya dari blog seorang  saudara Ogy  Febri Adlha (OFA) mengenai makna dari adzan….
Adzan itu mempunyai arti PANGGILAN, jadi kalau ada adzan berarti kita sedang dipanggil…
Dan panggilan adzan ini adalah panggilan BESAR atas nama Allah
Dimulai dengan lafadz ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar), berarti yang lainnya kecil, kita harus mendahulukan Allah dari pada yang lain.
Makna ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH kita adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya dzat yang DISEMBAH, DITAATI dan DICINTAI.
Makna WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH adalah mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai UTUSAN Allah yang harus DICINTAI, DITAATI dan DITELADANI.
Setelah kita diingatkan dengan ketiga hal tersebut, baru DISERU …
HAYYA ‘ALASHSHOLAAH…(MARIi kita SHOLAT)
HAYYA ‘ALALFALAAH (MARI kita mencapai KEMENAGAN)
Selanjutnya kita diingatkan lagi bahwa Allahlah dzat yang Maha BESAR (ALLAHU AKBAR), Dan LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak Tuhan yang berhak DISEMBAH dan DITAATI kecuali Allah)
Sahabat Hikmah…
Jadi hanya orang-orang yang mempunyai HATI yang bersih dan mencintai-Nya yang akan mudah memenuhi panggilan Adzan…
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Ada seorang lelaki buta yang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak memiliki penuntun yang menuntun saya untuk berangkat ke masjid.” Dia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diberikan keringanan agar diperbolehkan untuk sholat di rumahnya. Maka Nabi pun memberikan keringanan kepadanya, kemudian ketika lelaki itu berbalik untuk pulang beliau memanggilnya dan bertanya, “Apakah kamu masih mendengar panggilan adzan?”. Dia menjawab, “Iya.” Maka beliau bersabda, “Kalau begitu maka penuhilah.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
Orang yang buta saja harus memenuhi panggilan Adzan, apalagi kita yang melihat?
Karena Shalat Berjama’ah di masjid merupakan sunnah rasul yang harus dijalankan ummatnya.
Dari Abdullah -yaitu Ibnu Mas’ud- -radhiyallahu’anhu, dia berkata:
“Barangsiapa yang ingin BERJUMPA dengan Allah kelak di akhirat sebagai seorang MUSLIM maka hendaklah dia menjaga sholat-sholat wajib itu yang apabila saatnya tiba maka adzan pun dikumandangkan.
Sesungguhnya Allah mensyari’atkan untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam berbagai JALAN PETUNJUK, dan sesungguhnya SHOLAT BERJAMA’AH  itu termasuk jalan petunjuk.
Kalau saja kalian mengerjakan sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana sholatnya orang yang sengaja meninggalkan jama’ah itu sehingga dia mengerjakannya di rumahnya maka itu artinya kalian telah MENINGGALKAN Sunnah Nabi kalian, dan kalau kalian sudah meninggalkan Sunnah Nabi kalian maka pastilah kalian menjadi SESAT.
Tidaklah seseorang bersuci dengan sebaik-baiknya kemudian dia bersengaja untuk ke masjid di antara masjid-masjid yang ada ini kecuali Allah pasti akan mencatat satu kebaikan baginya dari setiap langkah kakinya dan Allah akan menaikkan derajatnya setiap kali dia melangkahkan kakinya itu, dan Allah berkenan untuk menghapuskan karenanya satu kejelekan.
Sungguh, aku teringat bahwa dahulu tidak ada orang yang sengaja meninggalkan sholat jama’ah itu kecuali orang MUNAFIQ yang diketahui dengan JELAS kemunafikannya. Bahkan sampai-sampai pernah terjadi ada seorang sahabat yang didatangkan ke masjid dalam keadaan dipapah oleh dua orang lelaki hingga diberdirikan di dalam shaf.”
(HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar