Jumat, 31 Mei 2013

Kesetiaan dan Ketenangan



Setia adalah kata yang berasal dari bahasa Indonesia dan banyak orang Indonesia yang mempunyai nama setia di dalam namanya seperti setiawati, setiawan, setiaso (sutioso…itu mah ya?), dan pada nama saya bila di hilangkan huruf “p” nya…menjadi setiana, Olivia Setiana ^^.  Itu menandakan bahwa setia atau kesetiaan adalah faktor yang penting dalam kehidupan, buktinya para orang tua berharap agar anaknya menjadi anak yang setia. Setia pada tuhannya, pada dirinya sendiri, setia pada orang tua dan keluarga, setia pada masyarakat, teman, dan setia pada pasangan.
Kesetiaan melahirkan ketenangan. Betul coba kita perhatikan :


  1. Setia pada Allah
Setia pada Allah artinya taat pada Allah. Mengagungkan keesaan Allah di dalam kehidupan..kehidupan yang menawarkan berbagai kenikmatan. Dalam nikmat Nya yang luas ketaatan muncul sebagai nikmat yang hakiki. Ibaratnya, kita sudah diberikan nikmat dunia…ingin merasakan nikmat yang sebenar-benarnya..maka pilihan kita adalah taat. Saya teringat dengan perkataan teman saya…hewan babi itu makhluk Allah..apakah babi termasuk bagian dari nikmat Allah..artinya babi itu bermanfaat? Ya betul, namun babi menurut syariatnya adalah hewan yang dilarang pemanfaatannya dalam segala bentuk dan termaktubkan dalam Al-qur’an dan hadits. Ini berarti meliputi Daging, Tulang, Enzim, Kulit, dsb…. padahal dalam kenyataanya babi banyak dimanfaatkan oleh kalangan non islam untuk segala jenis peralatan, makanan, dan perlengkapan. Disana letak nikmatnya bukan nikmat dalam pemanfaatan..tapi ada nikmat taat bagi kaum yang beriman. Namun hebatnya setelah diteliti berdasarkan sains dan tekhnologi, hewan bernama babi ini ternyata memiliki banyak kekurangan dan mudharat bila tetap dimanfaatkan.

  1. Setia pada keluarga dan Lingkungan
Setia pada keluarga saya artikan sebagai kasih sayang. Keluarga  dan lingkungan adalah pihak yang benar-benar dekat dengan diri kita, bisa juga diartikan pada teman-teman pada sanak saudara, dan tetangga. Sebagai bagian yang sering besinggungan dengan kita mereka adalah orang-orang yang paling banyak merasakan kesalahan dan kekurangan kita. Mereka pula yang kerap membantu kita ditengah-tengah masalah yang kita hadapi. Maka benar adanya perkataan nabi bahwa sedekah yang paling utama adalah dimulai dari kalangan kerabat terdekat. Kerabat bagian terdekat namun sering kita abaikan hak-haknya…hak perilaku baik  dan kasih sayang kita pada mereka.

  1. Setia pada diri sendiri
Apa sih makhsudnya setia pada diri sendiri? Setia pada diri  sendiri mungkin istilah yang jarang dipakai oleh sebagian orang. Tapi buat saya setia pada diri sendiri ini amat penting, karena meliputi : kedisiplinan diri dan kejujuran pada diri sendiri. Seperti hikmah penting yang saya petik dari training character building yang pernah saya dapatkan dari tempat kerja. Bapak Erie Sudewo, pendiri Dompet Dhuafa mengatakan, ada 3 karakter dasar yang harus dimiliki setiap insan 1. Kejujuran 2. Kedisiplinan 3. Tidak Egois. Yang mana bila kita memiliki 3 karakter dasar ini benar-benar akan menguatkan karakter kita dan melesatkan apapun impian-impian kita. Mau ga meraih segala impian? (Tanya saya pada hati saya sendiri)” Ya mau doonk” jawab saya lagi dalam hati…maka mulai saat itu saya merefresh diri saya untuk selalu jujur, disiplin, dan tidak egois. Bila nanti jatuh akan saya ingat lagi yang 3 ini untuk bangkit kembali dalam hidup saya.. 

  1. Setia pada pasangan.
Pasangan dalam artian disini adalah orang yang mempunyai ikatan dalam mahligai pernikahan. Setia pada pasangan alias suami atau istri adalah keharusan, hal ini jelas karena salah satu tujuan menikah adalah kesetiaan..kesetiaan yang membawa ketenangan dan kebahagiaan pada yang menjalaninya. Namun saat ini saya belum menikah…mungkin dalam proses taaruf…harus gak sih saya setia? Hidup di dunia ini barangkali kita dipertemukan dengan hal-hal yang tidak sederhana..dan menjalani proses yang berbeda dengan orang-orang di sekitar kita..namun apapun perbedaanya kita harus tetap ingat..ingat Allah yg pertama, yang kedua konsekuen…siap berproses maka siap pada konsekuensinya…bila harus berpisah sementara untuk mengusahakan proses, maka kesetiaan adalah hal yang harus dipegang..setia bermakna kepercayaan, kesabaran, kekuatan, dan istiqomah. Kesetiaan itu juga berarti ikhlas menerima..menerima keadaan saat ini, menerima masa lalu pasangan dan diri sendiri .. dalam artian menerima pribadi masa kini sebagai pribadi yang terlepas dari semua keadaan masa lalu yang mungkin menjadi hambatan untuk setia..(hidup adalah proses pembelajaran, tidak ada orang tanpa masa lalu tapi setiap orang punya kesempatan untuk terus lebih baik…ya ga siiih :) ). Yang paling penting mensyukuri hidup saat ini, optimis dan bertawakal pada masa depan..
 Kira-kira kalau kita sudah setia dan percaya kalau pasangan kita setia…kira2 tenang ga? Yaa…kalau enggak yaa…kembali lagi menyerahkan segala urusan pada Allah…usaha udah…sekarang tinggal pasrah n ikhlas aja deh…yuuuk. 


Note Bwt yg LDR versi.... : Biasanya niih kl mw awet...jgn suka nge galau n bikin galau...hhh!



















































































































Alasan Menulis

Ada 4 hal yang bisa membuat saya menulis..


  1. Mempunyai ide
  2. Mengingat bahwa ada anugrah Allah yang sangat istimewa (akal) yang harus terus diolah dan terus dioptimalkan semaksimal mungkin.
  3. Hal-hal kebaikan yang bermanfaat untuk sesama.
  4. Bila ada hal-hal yang meresahkan hati saya, mungkin secara pribadi atau hal-hal yang menjadi permasalahan bersama, perlu dicermati dan dicari solusinya.
Menulis bisa menjadi kegiatan yang amat menyenangkan..mengeksplorasi fikiran dan batin, mempertajam rasa, dan meluaskan imajinasi. Selain itu menulis berarti kepedulian, perekat silaturahmi, memperjelas sudut pandang dan tujuan, dan yang paling penting manfaat saling menulis dan membaca layaknya belajar sambil tour (study tour)….belajar yang tidak terasa sebagai belajar.


Rabu, 15 Mei 2013

Rumput Tetangga



Saya membentangkan koran Republika hari ini di atas kasur saya dan menunjuk pada sebuah gambar. Gambar itu menggambarkan suasana di dalam sebuah mall di India. Beberapa pengunjung mall d sebuah pojok toko mas, beberapa pengunjung yang berlalu lalang dan beberapa SPG mall yang terlihat mengerjakan urusan mereka. Saya berkata pada adik saya, "Di India kemana pun lo berjalan ketemunya orang-orang yang manis-manis....asik yah, hehehehe...". Adik saya sepertinya sepakat dan menunjukan cengirannya...saya bilang lagi sama dia "Iya, orang-orang itu mukanya kaya lo semua...", karena menurut saya, adik saya itu mukanya mirip orang India. Mungkin juga dia sepakat dan nyengir karena dibilang manis, hehehehe....

Tapi sama ga sih pendapat saya ini dengan penduduk asli di India...bahwa orang-orang mereka manis-manis...hehehe. Terlalu sering  melihat fakta itu bisa saja membuat mata dan fikiran orang-orang India berpendapat yang berbeda dengan saya. Di tempat yang berbeda saya teringat pembicaraan saya dengan salah satu staf koran Republika tempat saya bekerja. Kebetulan saya bekerja di sebuah lembaga filantropi yang berada di wilayah koran swasta tersebut. Karyawan tersebut bilang kepada saya "Mbak ada gak sih orang kaya yang datang ke tempat mbak dan berbicara seperti ini " Mbak saya bingung nih mau menginvestasikan dana, saya sudah kebanyakan uang?", hehehe..."Belum ada bu, hehehe", saya menjawab. Lama-lama pembicaraan pun beralih menjadi seputar orang orang kaya. Singkat cerita kami sepakat bahwa orang-orang kaya yang benar-benar kaya sudah tidak perduli dengan merek-merek barang yang mereka pakai, bisa saja mereka membeli pakaian mereka di pasar-pasar tradisional dengan seharga sepuluh ribu rupiah kerena mereka telah kehilangan minat berbelanja barang-barang mahal. Terakhir pembicaraan kami bersyukur bahwa kami terlahir sebagai orang biasa-biasa saja yang belum kehilangan minat pada hal-hal yang kami anggap istimewa :)
 
Cerita ini lucu sekali menurut saya...banyak hal yang dapat kita jadikan hikmah. Orang-orang kaya bingung mencari kenikmatan hidup apalagi dengan segala yang telah mereka miliki. Saya bilang bahwa mereka seharusnya tidak berada dalam posisi itu lagi...tapi bagaimana sebesar-besarnya membahagiakan orang lain.

Terlepas dari cerita orang-orang kaya barusan...menurut saya...apapun yang sering kita temui dapat menimbulkan kejenuhan bila kita tidak pandai-pandai bersyukur dan kembali pada tujuan hidup kita semula.

Orang-orang India, Orang-orang Asia, Orang-orang Eropa, Orang-orang Indonesia, bahkan orang-orang Afrika…memiliki taste mereka sendiri-sendiri, terkadang rumput di halaman tetangga terlihat lebih hijau dari rumput di perkarangan pribadi….”Saya jadi pengen ke India…hehehe, bercanda dink*









Sabtu, 13 April 2013

GUNDAH MEMILIH PASANGAN



Cinta itu seperti air yang engkau wadahi dengan kedua tanganmu
Semakin engkau menggenggamnya dengan erat
Semakin ia keluar melalui sela-sela
Jari-jari mu………..
Maka wadahilah ia dengan lingkup sempurna,
Sewajarnya…

Ehem2…anda seseorang yang sudah memiliki keinginan menikah? Sudah memulai pencarian pasangan tulang rusuk anda yang konon katanya terbawa bersama pasangan hidup anda? Wah bahasan ini menarik sekali, bahasan mengenai pencarian pasangan hidup karena ini pasti melayangkan fikiran kita pada sosok-sosok angan-angan kita beserta orang-orang yang saat ini menurut kita bisa diberikan nominasi-nominasi sebagai calon ataupun pembahasan mengenai harapan bakal calon lainnya yang siapa tahu akan muncul di kemudian hari, hehe…

Sebelum menikah kita sebagai jiwa yang tunggal, jiwa yang bergerak bebas,  luwes menurut kehendak pribadi, lincah, penuh resiko, dan keegoan. Gerbang pernikahan adalah tahap penting selanjutnya didalam hidup, bukan untuk mengurangi kelincahan gerakan kaki kita tapi untuk menguatkan peran penting kita dalam kehidupan..(ceile..^^).


Kalau begitu bagaimana kita mengkondisikan kehidupan selanjutnya ini menjadi tahap yang lebih berbahagia dari tahap sebelumnya (saat sendiri). Kita ingin pasangan hidup kita merupakan pasangan yang melengkapi gerakan kita, pasangan yang dapat mengimbangi ritme kehidupan kita, pasangan yang tertawa dalam suka dan tersenyum sabar saat duka bersama. Pasangan sebagai teman bicara, sebagai pasangan diskusi, teman berantem terbaik, sebagai penyemangat dan saingan, pasangan sebagai orang tercinta yang dicintai, dihormati, dan dijaga perasaannya, de..el..el…lah.. J


Ada yang bilang, saat Tuhan mulai berkehendak memasangkan kita dengan pasangan terbaik itu,  saat-saat itu darah kita memancarkan aromanya..(hahaha, lebe) Istilahnya ada yang bilang berdarah manis. Waduh…jalan kesini, bertemu orang…kenalan baru yg juga kayanya sedang searching2..jalan kesana ketemu orang lagi yang juga oke, yang lagi searching2 juga J..kenalan lama, sodara2, kenalan keluarga kita, kenalan kakak kita, kenalan ade kita…semuanya dalam tema yang sama..searching2, bu..Waduuuuh banyak banget plihannya nih..pusing rek…J . Saat2 begini rasanya seru banget…sayang banget dilewatin cepet2..hahaha (fikirannya org mata keranjang). Masalahnya kalau kelamaan begini jodoh bisa lewat..lewat dengan sukses…alias meninggalkan kita…


Yang ini oke, yang itu oke…yang mana dunk baiknya? Kalo kebanyakan calon di list aja tuh calon..kaya daftar menu di restoran..saatnya hati bicara..sebenarnya keinginan kita apa..apa yang diharapkan dan apa yang kira2 gak ingin kita temui di masa depan..Calon-calon mu itu manusia semua lhooo..mana ada yang gak punya kelemahan, pengennya yang baguuus aja….dasar mata keranjang…hahaha (koq kesell J)…wkwk..maaf ya saya terbawa suasana hati.


Kita sebagai manusia jangan lupa pada yang Maha Pencipta..Ia yang menciptakan kita sepaket sebagai diri kita dalam artian kita sebagai pribadi in one package..kita punya kelebihan dan kekurangan, Ia yang paling tahu bagaimana diri kita, apa yang terbaik untuk diri kita. Saat ia mempertemukan kita dengan berbagai pribadi sebenarnya Ia sedang menguji kita..untuk memilih dan belajar memuliakan orang lain..agar kita juga ga seenake dewe..catut sana, catut sini…semua ada aturannya..fair play..tapi jangan salah lhoo…jangan sia-siakan kesempatan yang diberikan Tuhan ini…banyak-banyak kontemplasi dan mendekatkan diri pada Nya.


Dengan list tadi bila calon anda banyak sekali..berilah penilaian di atasnya pada masing-masing calon. Lama-lama calon calon ini mengerucut sesuai dengan hasil perenungan, penilaian, dan bermuhasabah dengan pencipta kita. Maka mulai kembali lebih mendekatkan diri pada sang Maha pencipta..Ia lah yang Maha tau..lama-lama mata hati juga akan menemukan titik pencariannya…lalu berteriaklah yess di dalam hati anda ( saya mulai lebe lagi…ini contohnya aja J…). Tapi jangan senang dulu…pastikan orang- orang yang disana juga cucok dengan anda…jangan kelamaan, nanti keburu pergi tentukan pilihan, karena suasana seperti ini berbahaya bila kita terjebak didalamnya..kita malas keluar dari zona nyaman dikelilingi orang-orang pilihan kita. Karena orang-orang pilihan kita tersebut juga ternyata berdarah manis…jalan kesana ada, jalan kesini ada lagi…waktu yang anda ulur tersebut berarti memberikan ia waktu untuk me-review2 lagi calon-calonnya dan membuat ia tergoyahkan dan bisa berpindah ke lain hati. Kalau saya siiiiih…. yakin orang baik akan dipertemukan dengan orang-orang yang baik pula, maka God Spot disini berperan banget pada pilihan..Wallohu a’lam bi showab..Tetap semangat ya Guys… J





Kamis, 14 Maret 2013

Perempuan antara Keluarga dan Karir



Perempuan antara Keluarga dan Karir....Wow...

Makhluk cantik itu bernama perempuan, sebuah raga dan jiwa yang diciptakan disamping penciptaan laki-laki. Perempuan dan Laki-laki keduanya sama-sama makhluk 
 penciptaan-Nya untuk mengisi bumi ini.

"Saya seorang perempuan, belum menikah, tapi bekerja". Coba bandingkan dengan kalimat " Saya seorang laki-laki, belum menikah, tapi bekerja". Dan akan saya buat kalimat yang lainnya...."Saya perempuan belum menikah, dan belum bekerja" dan coba bandingkan dengan kalimat "Saya laki-laki, belum menikah, dan belum bekerja." . Kira-kira apa respon anda terhadap pernyataan ini? tentu berbeda-beda...namun pada umumnya akan bilang.."Laki-laki ya bekerja doonk baru menikah" sementara untuk perempuan akan diberi nasihat "Udah menikah aja ga usah pikirin tentang pekerjaan"....Kayanya keduanya keduanya berbeda posisi.

 Saya lahir dari keluarga yang ayah dan ibu saya bekerja, saya memiliki satu adik laki-laki yang berbeda umur 9 tahun dari saya..tepatnya kami berdua adalah produk dari orang-orang tua yang cukup sibuk. Sejak kecil saya dan adik diasuh oleh seorang pengasuh yang didampingi oleh nenek saya ataupun saudara. Semasa saya kecil ibu saya bekerja di dua tempat.. pergi pagi dan pulang malam hari sampai usia saya masuk sekolah dasar, setelah saya sekolah dasar, ibu saya bekerja hanya di satu tempat. Bisa dibayangkan seperti apa kesibukan menjadi orang tua dalam hal mencukupi kebutuhan rumah tangga, saya sangat menghargainya.

Berbeda lagi dengan adik saya, saat umurnya 7 tahun ayah saya meninggal, Ibu saya menjadi orang tua tunggal. Keluarga berbalik tidak mendukung keadaan keluarga kami, kami pun berpindah-pindah tempat tinggal dan ibulah yang menjadi tulang punggung dalam keluarga. Subhanallah Ibu saya J.

Saya bukannya ingin bercerita tentang perjalanan keluarga saya namun saya ingin sharing tentang menjadi anak dari wanita karir. Sebagai anak dari Ibu yang bekerja saya dan adik tahu betul suka dukanya menjadi anak “woman career”.

Semasa kecil saya sering bermain sendiri, belajar mengenali lingkungan sendiri, dan menghabiskan waktu dengan tata cara yang saya sukai sendiri. Positifnya saya menjadi anak yang tidak cengeng, mudah di titipkan di rumah saudara, tidak takut pada keadaan-keadaan yang mengharuskan saya untuk sendiri, dan kreatif mengisi waktu saya sebagai diri sendiri. Negatifnya saya yang berbeda usia jauh dengan adik saya (karena program KB) mempunyai sifat manja dan sedikit kekanak-kanakan, sifat manja ini berlanjut menjadi anak yang agak semaunya, apa-apa harus ada, dan tidak mandiri. Apa-apa saya berteriak “Mbaaaaak…aku ambilin…(sesuatu)”. Beruntungnya saat saya menginjak usia SMP Ibu saya memaksa saya untuk tinggal di pesantren.

Walhasil keadaan pesantren yang berbeda jauh 180 derajat dengan di rumah membuat saya yang semula anak yang bossy “..Mbaaaak…ambilkan (sesuatu)…” menjadi anak yang istilahnya tobat.  Contohnya…,masakan tidak enak di pesantren mengajarkan saya menghargai  akan arti makanan-makanan sederhana, kehidupan penuh aturan di pesantren membuat saya mengerti akan berbagai aturan, pekerjaan pekerjaan rumah yang sebelumnya adalah suatu momok dan gengsi saya lakukan menjadi hal-hal lumrah untuk saya. Pesantren secara ajaib mengubah saya selama 3 tahun. Tentunya ini menyenangkan Ibu saya yang telah memaksa saya masuk pesantren.

Berbeda dengan adik saya, sejak kecil Ia sama seperti saya diasuh oleh asisten rumah tangga di rumah namun semenjak ayah saya meninggal, Ia berpindah-pindah pengasuh. Mula-mula, tante saya di datangan dari medan untuk mengasuhnya..namun kemudian hanya berlangsung 2 tahun adik Ibu itu saya tidak betah, karena konon cerita bahwa anak-anak yatim itu terkenal sebagai ujian bagi para pengasuhnya ternyata agak benar adanya. Tante saya kembali ke medan. Adik saya dititipkan Ibu saya pada nenek tiri saya di rumah kakek saya (dari pihak Ibu). Adik saya menjadi bintang perhatian dari nenek saya, walhasil jadilah ia anak yang di manja saat itu..

Saat umurnya menginjak SMP ibu saya memasukkannya ke pesantren di mana dahulu saya pernah dimasukan, namun ternyata output yang dihasilkan berbeda…adik saya saat itu menjadi “bintang” pesantren, menjadi santri “perhatian” ustad…dari pesantren pusat ia dipindah ke cabang-cabang pesantren lain dalam rangka penyadaran akan sikapnya yang suka kabur dari pesantren. Dalam hal pekerjaan rumah dan kebiasaan agaknya perilaku adik saya tidak banyak berubah sekeluarnya dari pesantren. Namun di usia memasuki  SMA, adik saya beruntung menemukan pembimbing/ guru ngaji dari pengajian di sekitar rumah. Perilaku adik saya membaik dan menjadi positif setelah banyak belajar tentang islam pada guru ngajinya. Sekarang adik saya bahkan terkadang bisa menjadi lebih dewasa dari saya dalam berkata dan bertindak.

Dari cerita itu saya menyadari bahwa hidup disandarkan pada idealisme dan realitas..Di satu sisi, perempuan diciptakan Allah sebagai makhluk yang sama dengan laki-laki, mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk mempertahankan eksistensinya. Disisi lainnya bisnis utama/ kewajiban utama dari perempuan adalah keluarga (suami dan anak-anak).
Saya kuarang sepakat bila ada yang mengatakan “Bagi Ibu-ibu rumah tangga, memiliki uang mandiri adalah sesuatu”. Hal itu terkesan menafikan peran perempuan untuk bisa berbuat lebih disamping perannya dalam keluarga.

Memang banyak ibu-ibu karir temasuk mungkin Ibu saya yang kemudian terjebak dalam dilemma karirnya. Antara kebutuhan dan berada di tengah-tengah keluarga. Peran ibu memang sangat sentral dalam keluarga, seperti mana seperti saya dan yang adik saya alami seandainya saja tidak ada factor-faktor x (dari Allah) yang menolong kami, mungkin kami menjadi orang-orang yang salah jalan.

Pendidikan dan pembentukan karakter semasa kecil amat berpengaruh membentuk perilaku anak saat dewasa. Saya sendiri berkaca pada pengalaman saya, saya ingin jika berkeluaga nanti membimbing anak-anak saya sebagai anak-anak yang mandiri sedari kecil, tidak seperti saya pada waktu kecil.  Membimbing anak-anak saya menjadi anak yang bisa berdisiplin dengan dirinya sendiri tidak seperti saya di waktu kecil yang sering membuat aturan saya sendiri dan banyak hal lainnya yang merupakan kekurangan saya dimasa kecil.  Namun saya juga tidak ingin anak-anak saya nantinya tidak belajar dari saya bahwa sebagai seorang wanita harus memiliki eksistensi dan kaki untuk bisa berdiri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

Nah lho, itu dilemma pribadi saya dan pastinya saya akan berfikir mencari jalan tengahnya dengan menemukan seorang pendamping yang bisa mengerti akan ketidaksederhanaan pengertian saya yang sederhana…

Intinya akan saya tutup bahwa…Hidup ini memiliki banyak pilihan dan jalan yang bisa ditempuh, be flexible…jadilah pribadi sebaik-baiknya menurut pandangan kita masing-masing dan keluarga…